Wednesday, December 26, 2012

Rasa Nikmat yang Menyimpan Seribu Akibat

Siomay
Panganan ringan berbahan baku ikan kian hari kian menjadi favorit masyarakat. Olahan penganan siomay, bakso, otak-otak hingga kerupuk siap saji dijadikan pilihan ketimbang harus mengolah sendiri.

Namun anda yang jadi penggemar wajib waspada sebab banyak pedagang bertindak nakal dengan mengubah bahan baku olahan dengan kualitas rendah sehingga berdampak buruk bagi kesehatan.

Penganan jenis siomay, bakso, otak-otak dan kerupuk ikan laris manis dan selalu dicari masyarakat. Hal ini membuat dagangan ini marak dijual. Tak heran panganan ini banyak diminati sebab rasanya yang enak dan gurih, khas ikan.
Namun tak semua pedagang bertindak jujur. Sebagian dari mereka mengganti bahan baku olahan seperti tenggiri dan tuna dengan ikan sapu-sapu yang banyak hidup di sungai-sungai kotor di Jakarta, seperti Kali Ciliwung.

Ikan ini diketahui mengkonsumsi sampah dan endapan lumpur. Jika endapan tercemar logam dengan konsentrasi tinggi maka polutan tersebut akan masuk dan terakumulasi dalam tubuh.

Ikan sapu-sapu diperoleh di pinggir sungai atau kali. Tidak sulit mendapatkannya. Cukup dengan bermodal jala, ikan ini bisa ditangkap dan dijual dengan hari yang cukup tinggi

Bagi Iyus, nama samaran, menangkap ikan sapu-sapu bisa menghidupinya. Inilah yang dilakukannya setiap hari dari pagi hingga sore.

“Saya cari ikan tiap hari dari pagi sampe sore, menyusuri kali. Katanya buat campuran makanan.. buat apa aja, kerupuk bisa, bakso ikan bisa.. otak-otak bisa.. siomay ikan juga bisa,” ujar Iyus.

Pengolahan panganan dari ikan sapu-sapu idak jauh beda dengan pengolahan ikan berbahan baku tuna atau tenggiri. Daging ikan sapu-sapu dibungkus dalam plastik dan siap dijual ke pasar. Sepintas daging ikan sapu-sapu mirip dengan daging ikan umumnya.

Pemanfaatan ikan sapu-sapu yang biasa digunakan untuk membersihkan akuarium ini dijadikan panganan berbahan baku ikan bukan fenomena baru. Para pencari ikan hanyalah salah satu dari bagian mata rantai perdagangan panganan ini. Dari pencari, ikan sapu-sapu beralih ke tangan pengepul atau agen untuk dikirim ke pedagang dan dijual ke pembeli.

Motif mencari untung menjadi alasan ikan sapu-sapu dijadikan bahan baku pengganti ikan tuna atau tenggiri. Harga kedua ikan tersebut memang jauh lebih mahal meski kualitas hasil olahan ikan sapu-saapu jelas berbeda. Tetapi perlu kejelian untuk membedakan olahan panganan berbahan baku ikan sapu-sapu dengan ikan tenggiri atau tuna.

“Dari segi bentuk siomaynya beda. Tenggiri kenyal, kalau buka tutup panci somay wangi. Ikan sapu-sapu lebih lembek dan baunya amis dan ada tulangnya. Kalau dimakan suka berasa gatel juga,” ujar Bayu, pedagang siomay.

Ikan sapu-sapu sebenarnya bisa dikonsumsi. Namun lain perkaranya jika ikan itu hidup di lokasi pembuangan limbah seperti Sungai Ciliwung.

Dari hasil penelitian, ikan sapu-sapu Sungai Ciliwung mengandung logam merkuri sepuluh kali lebih besar dari ambang batas normal. Mengkonsumsi merkuri dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan permanen di otak dan ginjal karena menimbulkan efek karsiogenik atau penyebab kanker.

”Pada dasarnya ikan sapu-sapu boleh dikonsumsi karena tidak beda dengan ikan lainnya. Yang membedakan adalah bila dia ada di lingkungan yang beracun, karena dia menyerap semua racun yang ada di situ. Bukan ikan sapu-sapu yang bahaya, tapi ikan sapu-sapu yang hidup di daerah yang beracun,” ujar Irma Rumondang, Kepala Laboratorium Instrumen BBKK.

Bijak dalam membeli menjadi pilihan tepat agar terhindar beragam dampak. Jika mengkonsumsi olahan panganan ikan, perhatikan bentuk, rasa dan warna. Selalu ada yang beda jika olahan panganan yang dibeli bukan berasal dari bahan baku berkualitas utama.

Sumber

1 comment:

  1. jorok ya...
    saya teringat dulu pas mau pergi sekolah.
    kerang hijau yang sering dijual menggunakan roda, mereka para penjualnya mencuci kerang hijau tersebut di selokan kecil dekat sekolah saya.
    saya melihat ini di daerah kalopah apo, bandung. kan disitu ada selokan aga besar tuh, mirip sungai tapi bukan sungai.
    semoga kita lebih selektif lagi dalam memilih makanan.

    ReplyDelete